Friday, July 1, 2016

Rawon Setan Surabaya

Surabaya Mei 2016. Setelah beberapa kali ke Surabaya, kali ini kesampaian juga tim Jam Kumpul mencicipi yang namanya rawon setan. 

Memang ini nama mengundang penasaran. Ujung-ujungnya, demi memenuhi rasa penasaran, tim Jam Kumpul hunting rawon setan. Dari browsing di Internet ternyata rawon setan itu sudah pecah dua, gak tahu mana yang asli yang jelas kedua-duanya mengklaim yang asli Surabaya. Tapi menurut saya yang paling banyak disamperin adalah rawon setan yang ada di depan hotel J.W. Marriot Surabaya.

Dengan naik becak, karena kita gak tahu harus naik angkot apa, sampai juga di depan hotel J.W. Marriot. Tinggal nyebrang jalan buat ke warung rawon setan. Tulisan merah dengan latar hitam terlihat jelas di seberang jalan. Saat itu memang rame sekali, hampir saja gak dapet tempat duduk.

Akhirnya kami pesen rawon daging. Satu porsi isinya nasi, rawon, sambal dan toge yang masih kecil (lupa saya namanya). Menurut saya, spesialnya di rawon setan adalah potongan dagingnya yang besar dan empuk. Kluweknya juga terasa, dan kuah yang hitam spesial rawon. 

Untuk soal harga memang rawon setan termasuk mahal. Makanya kayaknya saya gak mau lagi ke sana. Apalagi soal rawon, ibu dan istri saya masih lebih baik dalam membuat rawon. Ini kesimpulan saya sebagai penikmat rawon. 








---
Teks dan foto oleh Chandra
Ramadhan 1437 H
Ditulis di Percetakan Negara Jakarta
 

Nasi Krawu di Jalan Indraprasta Surabaya

Surabaya Mei 2016 M, tim Jam Kumpul sowan ke Surabaya lagi. Seperti biasa, tiap ke Surabaya selalu nginap di wisma Pusat Humaniora yang dia mempunyai Museum Kesehatan Adhyatma, MPH. Kali ini mo nyobain nasi krawu.

Penjual nasi krawu adanya di jalan Indraprasta. Kalau dari Museum Kesehatan belok kiri. Jalan kaki saja. Gak sampai 10 menit bakal menjumpai mobil yang bertuliskan nasi krawu dengan warna hijau. 

Harga relatif murah. Nasi dibungkus daun pisang isinya nasi uduk, srondeng, daging sapi goreng yang empuk banget, dan telor rebus setengah. Penjual nasi ini hanya bisa dijumpai waktu pagi hari. Jadi jangan cari dia malam-malam.


Salah satu sudut gedung dengan batu sikat, ini style yang saya suka

Pintu besar gaya Belanda. I love it.


Ini dia penjualnya

Dibungkus daun pisang. Selera nusantara banget....

Isinya enak.

Jendela besar gaya belanda

Gagang pintunya jadoel banget. Nyari kayak gini sekarang dimana ya?


Salah satu sudut yang saya suka. Jendela besar dengan anak tangga dan handle bar dari besi kokoh dengan kayu
---
Teks dan foto oleh Chandra
Ramadhan 1437 H
Ditulis di Percetakan Negara Jakarta

Nonton Lompat Batu di Nias Selatan

Lompat batu di Nias atau dikenal dengan istilah fahombo atau hombo batu merupakan ciri khas yang paling menonjol dari Nias. Ini sesuatu yang ikonik banget dari Nias. 

Berlokasi di desa Bawamataluo, Kabupaten Teluk Dalam Nias. Tidak dibilang lengkap kalau berkunjung ke Nias tetapi belum mampir ke desa ini. 

Desa tempat lompat batu ini berada di ketinggian. Untuk mencapainya harus dengan menyewa kendaraan. Setelah melewati jalan menanjak dan berliku sampai juga tim Jam Kumpul di desa ini. 

Menapaki anak tangga yang cukup banyak akhirnya sampai pada perkampungan tempat lompat batu. Rumah di sini bermodel gaya Nias dengan bahan kayu. Atapnya sudah dimodifikasi dengan bahan seng, ijuk dan ada juga yang genteng metal. Tapi masih menyisakan gaya tradisional Nias. Di bagian tengah kampung, ada rumah besar dengan dengan pilar-pilar dari batu besar. Mungkin semacam balai desa. Di dalamnya terdapat ruang yang lumayan besar semacam aula. Di depan balai desa ini terdapat perkakas yang terbuat dari batu besar. 

Menarik sekali kalo berkunjung ke sini. Bisa melihat jejak kebudayaan megalitikum. Sayangnya, anak-anak muda di sini sangat antusias menawarkan bantuan ke pelancong untuk mengambil gambar/foto. Tentu tidak gratis. Jadi bagi saya, agak kurang nyaman, karena dibuntutin terus. 

Well, apa pun itu, semoga dakwah Islam bisa sampai ke sini. Amiin.    

















---
Teks dan foto oleh Chandra
Hari terakhir sebelum libur lebaran
Ramadhan 1437 H
Percetakan Negara 29


Ombak Berdebur dan Angin Semilir di Nias Selatan

Nias terletak di sebelah barat pulau Sumatera, merupakan destinasi wisata penting untuk surfing. Konon ada yang bilang ombak di Nias sangat bagus untuk surfing, setara atau bahkan lebih baik dari Bali dan Hawaii.

Masyarakat Nias masih memiliki budaya megalitik, salah satu jejaknya adalah budaya lompat batu yang berada di desa Bawamataluo, Teluk Dalam Nias. Lompat batu atau dikenal denga fahombo atau hombo batu merupakan ritual pendewasaan anak laki-laki di Nias. Mereka dianggap telah dewasa bila telah mampu melompati susunan batu yang tingginya sekitar 2 meter.

Waktu ke Nias ini tim Jam Kumpul bermalam di Baloho Central Beach Hotel yang berlokasi di tepi pantai Baloho. Ini merupakan hotel yang terbaik di tempat itu. Deburan ombak dan hembusan angin pantai jelas menjadi nuansa tersendiri bagi penghuni hotel. Sore hari tim Jam Kumpul berjalan menyusuri pantai pasir putih dengan kaki telanjang. Sore hari kongko-kongko di dermaga di depan hotel. Alhamdulillah..., nikmatnya....

















 
---
Teks dan foto oleh Chandra
Ramadhan 1437 H
Jakarta

Dari Kualanamu Ke Nias Pakai Pesawat ATR

Perjalanan ke Bandara Binaka di Nias dari Kualanamu ditempuh dengan menggunakan pesawat baling-baling ATR yang dioperasikan oleh Wings Abadi Airlines. Menurut Wikipedia, ATR adalah pesawat penumpang regional jarak pendek bermesin twin-turboprop yang dibangun perusahaan pesawat Perancis-Italia ATR. 

Ini kali kedua saya naik pesawat tipe ini, yang pertama dari Denpasar ke Tambolaka di Nusa Tenggara Timur. Bulan April 2016 ini kali yang kedua. 

Tempat duduk 2-2 model bis kota. Di siang hari di landas pacu. Menurut info dari petugas, AC baru dinyalakan setelah lepas landas. Jadi, kebayang panasnya di dalam pesawat, tetapi ini menjadi petualangan tersendiri bagi tim Jam Kumpul. 

Untuk mencapai Bandar Udara Binaka di Gunungsitoli ditempuh sekitar satu jam dari Kualanamu.






---
Teks dan foto oleh Chandra
Ramadhan 1437 H
Percetakan Negara, Jakarta




IP