Saturday, February 9, 2013

Soto Seger Mbok Giyem Boyolali

Ada seseorang yang bilang bahwa Indonesia dipersatukan oleh soto. Emang bener juga, kita lihat di tiap daerah mempunyai hidangan khas yang berjenis soto. Termasuk di kota yang saya singgahi ini.

Pada awal Februari 2013 waktu saya bertandang ke kota yang dikenal dengan penghasil susu sapi ini, saya sempat mampir di warung soto yang sangat ramai. Tadinya cuma melirik saja dari motor, tetapi jadi penasaran melihat ramainya pengunjung. Wah, kayaknya 'recomended' nih. Begitu kata batin saya. 

Jadilah saya bersama istri dan anak memarkir motor di depan warung soto ini. Di depannya sudah langsung disapa oleh para pengamen (bahasa halusnya seniman jalanan) yang tidak maksa kita mau ngasih atau tidak juga gpp. Wah, sulit juga cari posisi duduk karena memang lagi rame-ramenya. 

Sajian di sana cuma ada soto daging dan soto ayam. Ya udah kami pesan dua-duanya. Pelayannya pun bersaut-sautan menyebutkan menu yang kami pesan. Agak aneh juga, di sini kok tidak disodorin kertas buat nulis pesanan kita. Tapi gapapa, ternyata memang sotonya itu sip punya dan boleh dicoba. Disajikan dalam mangkuk kecil ditambah toge dan bawang goreng dan daun bawang dengan harga per porsi cuma Rp 6000. Murah meriah. 

Warung soto yang berlokasi di Jl. Pandanaran, Boyolali ini menyediakan juga cemilan pendamping kayak tempe, kerupuk, sate telor puyuh, dll. Kayaknya cemilan ini yang bakal bikin merogoh kocek lebih dalam. 

Melihat banyaknya pengunjung yang datang ke sini, tidak heran bila selepas siang hari sekitar jam 1 siang, sajian sotonya sudah habis. Wah, kudu dicatet nih, kalau mau dateng jangan ampe kesiangan.


Warung soto Mbok Giyem di Jl. Pandanaran Boyolali selalu laris. Foto milik Happy Chandraleka
Ramenya...., sampai susah cari tempat duduk. Foto milik Happy Chandraleka


Cocok buat ngumpul menjamu keluarga dari luar kota. Foto milik Happy Chandraleka

Soto daging dan soto ayam Mbok Giyem. Foto milik Happy Chandraleka

Soto daging Mbok Giyem. Foto milik Happy Chandraleka


Seniman jalanan yang mangkal di depan warung soto. Foto milik Happy Chandraleka

Karena rame jadi cepat habis, makanya jangan kesiangan.... Foto milik Happy Chandraleka


View Larger Map  

---
Teks dan foto oleh Happy Chandraleka
09 Feb 2013/28 Rabi'ul Awwal 1434 H
di Ruang 7
Pagi hari yang cerah

Friday, February 8, 2013

Serunya Naik Bemo Manggarai

Jakarta termasuk kota dengan banyak ragam alat transportasi. Sebut saja dari mulai Kereta Rel Listrik, Metromini, Kopaja, DAMRI, PATAS, Mikrolet, Bajaj, sampai Busway. Semuanya ada. Termasuk salah satu angkutan yang tergolong udah 'udzur' dan sudah layak masuk museum. Apa lagi kalau bukan bemo alias becak motor.

Angkutan yang sudah udzur ini masih tetap setia melayani warga Jakarta dengan tarif yang relatif murah. Trayek yang dilaluinya adalah dari Stasiun Manggarai, Terminal Manggarai, kemudian berbalik ke Jalan Tambak dan terus menyusuri Jalan Proklamasi. Berbelok ke IGD RS Ciptomangunkusumo sampai ke pertigaan Jalan Salemba Raya, dan akhirnya belok kanan ke arah prapatan Matraman dan langsung ke Stasiun Manggarai lagi. 

Pagi itu saya sedang menuju Percetakan Negara, niatnya sih cuma noltalgia saja ingin naik angkutan beroda tiga yang sudah ada sejak tahun 1962 dalam rangka GANEFO. Keluar Stasiun Manggarai, beberapa bemo sudah ngetem menunggu penumpang. Saya duduk di kursi depan. Sang sopir belum juga menancap gas sampai angkutan ini penuh penumpang. 

Kesan yang kuat dari angkutan yang mampu membawa 8 penumpang termasuk supir ini adalah suaranya yang sangat berisik. Tapi justru ini yang bikin serunya naik bemo. Suaranya meledak-ledak dan keras menembus suasana pagi yang beranjak panas. Yang seru lagi kalau duduk di belakang maka kita hampir dipastikan beradu lutut dengan penumpang yang di depan kita, karena saking sempitnya ruang untuk penumpang. Wah, kasian kalau yang badannya gemuk yah.

Sekedar info tambahan, konon 'spare part' alias suku cadang bemo sudah tidak diproduksi lagi oleh pabriknya di luar negeri. Tetapi karena di Indonesia banyak 'hacker' yang mampu membuat suku cadang tiruannya, jadi bemo masih bisa bertahan hingga kini. 

Bemo pun menderu-deru dan sampai di Jalan Salemba Raya. Saya turun dan merogoh kocek Rp. 2000 untuk ongkosnya. Murah meriah dan memang seru... :)


Dashboard bemo dan interiornya yang sudah jadul. Foto milik Happy Chandraleka

Jendela ke bagian belakang. Foto milik Happy Chandraleka

Antrian bemo menunggu penumpang dari Stasiun Manggarai. Foto milik Happy Chandraleka
Pengaman pintu, biar begini keamanan penumpang terjamin. Foto milik Happy Chandraleka
---
Teks dan foto oleh Happy Chandraleka
08 Feb 2013 / 27 Rabi'ul Awwal 1434 H
di Ruang 7
Jam 22.55 malam




IP